GIZI IBU KESEHATAN KITA
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Kesehatan Ibu adalah kesehatan kita juga karena itu asupan gizi ibu hamil harus di tingkatkan sebab gizi sangat mempengarui kesehatan anak. Indonesia yang menargetkan penurunan prevalensi gizi buruk MDGs pada 2015 terancam gagal mewujudkan pencapaian tersebut.
Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir penurunan gizi buruk sangat lambat, yakni cuma 0,5 persen.
“Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2007-2010) meski anggaran untuk perbaikan gizi masyarakat terus meningkat, namun angka prevalensi penurunan gizi kurang hanya sedikit, yakni dari 18,4 persen di 2007 turun cuma menjadi 17,9 persen di 2010,” ungkap Tim Pakar Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof. Dr. dr Abdul Razak Thaha, MSc
Menurutnya meski berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan gizi masyarakat, namun upaya tersebut belum menunjukkan pencapaian yang bermakna dalam peningkatan status gizi masyarakat.
Kekhawatiran sulitnya pencapaian target MDGs tersebut diperberat dengan adanya disparitas antar daerah di Indonesia. “Permasalahan gizi tidak hanya soal dana, penyebaran SDM kesehatan, tetapi ada hal lain yang harus dilihat, perlu program terobosan gerakan nasional sadar gizi, selain itu pendidikan gizi di tingkat keluarga pun harus ditingkatkan,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan pentingnya merevitalisasi peran posyandu. Dikatakannya, saat ini Posyandu hanya sebagai pelaksana kegiatan teknis puskesmas saja, apalagi rata-rata cakupan program posyandu yang juga terkait dengan perbaikan gizi masih berjalan lamban.
“Ada 400 ribu lebih posyandu di Indonesia, tetapi anak yang dibawa ke posyandu jumlahnya hanya sekitar 50 persen saja. Ini menunjukkan program-program gizi yang berbasis pada posyandu justru tidak seluruhnya dapat menyentuh sasaran yang bermasalah gizi. Intinya harus ada revolusi Posyandu yang dapat menjadi gerakan masyarakat,” jelasnya.
Di samping itu menurutnya, program gizi jangan hanya menjadi indikator dalam pembangunan kesehatan saja, tetapi harus menjadi indikator dalam pembangunan nasional. “Peningkatan satus gizi hendaknya menjadi inti pembangunan, jika ada kenaikan perkapita yang baik, tetapi permasalahan gizi masih tinggi, berarti terjadi kesalahan dalam pembangunan ekonomi,” katanya.
Selain itu kata dia, diperlukan adanya suatu badan untuk mengukur pembangunan gizi, yang nantinya dapat berkoordinasi dengan lintas sektor.
Sedangkan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia. Data SDKI tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, target Millennium Development Goal (MDG) 5 yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan perhatian khusus dan kerja keras. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI, salah satunya dengan pelaksanaan paket pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif (PONED-PONEK).
Salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap kematian ibu adalah kualitas layanan darurat obstetri dan neonatal pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI menunjuk Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI), yang merupakan bagian dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), untuk menjadi konsultan penyusunan instrumen untuk pengambilan data kualitas pelayanan kesehatan ibu di tingkat dasar dan rujukan. Instrumen ini nantinya akan digunakan dalam assessment kualitas pelayanan kesehatan ibu di tingkat dasar dan rujukan. Dari kegiatan ini diharapkan akan diperoleh umpan balik dari rumah sakit, Puskesmas, dan bidan praktik mandiri di 20 kabupaten pada 10 provinsi terpilih, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Penentuan kabupaten/kota itu sendiri dilakukan secara random sampling secara imliah.
Total keseluruhan tim yang akan diturunkan berjumlah 110 orang, yang terdiri dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, yang berasal dari Kementerian Kesehatan RI, HOGSI, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Sementara itu pengambilan data akan dilakukan pada tanggal 19 Februari hingga 3 Maret 2012.
Jadi intinya gizi sangat di perlukan seorang ibu dan anak sebab gizi merupakan komponen utama dalam pembentukan kesehatan anak dalam kandungan serta indikator pembangunan nasional. Oleh sebab itu mari kita jaga gizi ibu agar kelak kesehatan sang anak tidak terganggu dan tercukupi gizinya serta demi mewujudkan pembangunan nasional di Indonesia.
Comments
Post a Comment